Sabtu, 25 Juni 2011

Topik:  Budidaya Ikan Nila Merah milik Pak Husmi Jalan Lintas Timur Desa Sakatiga RT 02 RW 02 Indralaya
Disusun oleh:
NAMA                                                             NIM
Betra Wulandari                                       06091402025


JURUSAN           : Pendidikan Bahasa dan Seni
Program               : Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Semester               : IV (Empat)



ABSTRAK

Bagi para petani memelihara ikan nila merah merupakan pilihan yang tepat, karena mudah dalam budidayanya dan mudah dalam pemasarannya. Ikan nila merah merupakan salah satu unggulan budidaya ikan air tawar. Usaha yang cukup menjanjikan, cepat besar dan perawatannya tidak rumit. Seperti halnya usaha yang ditekuni bapak Husmi, di Desa Sakatiga RT. 02/RW.02. Indralaya. Dari sekian banyak permasalahan yang timbul, maka yang menarik diteliti dalam budidaya ikan nila merah di desa sakatiga adalah Bagaimana budidaya ikan nila merah?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana budidaya ikan nila merah milik pak Husmi di Jalan Lintas Timur Desa Sakatiga RT 02 RW 02 Indralaya. langkah awal dalam proses budidaya ikan nila merah adalah Pembenihan ikan. Pembenihan ikan sebenarnya tak lepas dari usaha menyiasati induk jantan dan betina agar menghasilkan anakan. Dalam pembenihan ikan hal yang pertama, yang harus dilakukan yaitu memilihara induk.  Kedua, yang harus dilakukan yaitu  memilih induk siap pijah. Ketiga, mempersiapkan tempat pemijahan. Keempat, memijahkan induk. Kelima, Pendederan.  




















Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
            Awal mulanya bibit ikan nila didatangkan ke indonesia untuk memeperkaya jenis ikan di indonesia. Menurut Suyanto (2010:5), bibit ikan nila didatangkan secara resmi oleh balai penelitian perikanan air tawar ( sekarang: balai riset perikanan air tawar), bogor, pada tahun 1969 dari taiwan. Tujuan dari introduksi jenis ikan baru ini adalah memperkaya jenis ikan untuk dibudi dayakan. Terpilihnya ikan nila karena memiliki sifat-sifat yang baik dan menguntungkan, yakni cepat pertumbuhannya, efisien dalam menggunakan pakan, dapat memanfaatkan segala jenis pakan yang tersedia di perairan bahkan  dapat memanfaatkan bahan organik (sampah) yang telah membusuk (detritus) sekalipun. Setelah melalui masa penelitian barulah ikan nila disebarluaskan kepada petani di seluruh indonesia. 
ikan nila merah sangat digemari di kalangan masyarakat, selain pengembangannya tidak sulit, ikan ini juga memiliki rasa yang gurih dan berduri lebih sedikit serta warna tubuhnya menarik. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Santoso (1996:11), ikan nila merah cepat diterima oleh masyarakat. Selain mudah dikembangbiakkan , pertumbuhan badannya lebih pesat dibandingkan nila hitam (oreochromis niloticus).
            Alasan-alasan tersebut yang membuat sebagian orang membudi dayakan ikan nila, seperti yang dilakukan pak Husmi yang berdomisili di jalan lintas timur desa sakatiga RT 02 RW 02 indralaya. Beliau mengembangkan ikan nila merah miliknya dengan menggunakan jaring apung. Kegiatan yang dilakukan pak Husmi ini cukup menguntungkan, selain untuk mengembangkan iksn nila merah mampu bersaing dengan budidaya ikan lainnya.
            Cepatnya penerimaan masyarakat terhadap nila merah ini selain karena rasanya gurih dan harganya terjangkau; juga teknik budi daya, baik pembenihan dan pembesaran, tidak berbeda jauh dengan ikan nila hitam. Menurut Santoso (1996:11), saat ini nila merah sudah meluas ke berbagai provinsi, antara lain: jawa barat, jawa tengah, jawa timur, bengkulu, bali, sumatera utara, sumatera selatan, sumatera barat, nusa tenggara barat, dan sulawesi utara. Diharapkan dalam jangka pendek nila merah dapat menyapa masyarakat di pedesaan yang membutuhkan protein hewani murah berupa daging ikan. Bahkan menurut statistik perikanan pada tahun 1986, nila merah merupakan ikan budi daya nomor dua setelah ikan mas (cyprinus carpio). ikan ini banyak disukai di jepang dan di singapura karena berduri sedikit dan warnanya menarik.
            Semakin banyaknya orang yang menyadari bahwa ikan mengandung zat gizi, yang sangat diperlukan terutama oleh masyarakat dikalangan menengah ke bawah. Untuk itu, budi daya ikan perlu dipacu agar kebutuhan akan kecukupun gizi dapat terpenuhi. Salah satu ikan yang cepat berkembang biak, mudah dibudi dayakan dan digemari masyarakat adalah ikan nila. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian mengenai teknik budi daya dan penanganan ikan nila.


1.2 Masalah
            Dari sekian banyak permasalahan yang timbul, maka yang menarik diteliti dalam budidaya ikan nila merah di desa sakatiga adalah Bagaimana budidaya ikan nila merah?

1.3 Tujuan
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana budidaya ikan nila merah milik pak Husmi di Jalan Lintas Timur Desa Sakatiga RT 02 RW 02 Indralaya.

1.4 Manfaat
            Secara teoritis, penelitian ini diharapkan untuk memperkuat teori tentang budidaya ikan nila merah yang disumbangkan dalam kategori proses pemeliharaan ikan nila merah. Secara praktis, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam pembelajaran dan pemahaman pemeliharaan budidaya ikan nila merah.










Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Nila Merah
Nila merah (oreochromis sp ) termasuk famili atau suku cichlidae dan genus atau marga oreochromis, seperti nila hitam dan mujair. Ikan ini diduga hasil perkawinan silang antara oreochromis niloticus atau oreochromis mossambicus dengan O.hornorum, O.aureus atau O.zilii. Menurut catatan BPPAT (Balai Penelitian Perikanan Air Tawar) yang berpusat di bogor jawa barat, nila merah mulai disebarluaskan ke masyarakat pada tahun 1986. Sementara di bebebrapa negara seperti Brazil, Meksiko, dan Malaysia, nila merah atau nirah sudah lama dikembangkan.

2.2 Ciri-Ciri Nila Merah
Ciri-ciri nila merah sebenarnya mudah sekali dikenali, baik dilihat dari bentuk tubuh, garis-garis pada tubuh, warna sekujur tubuh, dan ciri fisik lainnya. Bentuk badan nila merah pipih, berpunggung lebih tinggi daripada ikan mujair. Pada badan dan sirip ekor (caudal fin) ditemukan garis-garis lurus (vertikal), sedangkan garis-garis berbentuk memanjang ditemukan pada sirip punggung (dorsal fin) dan sirip dubur (anal fin). Nila merah mempunyai empat macam warna yang membalut sekujur tubuh antara lain: orange, pink/albino, albino berbercak merah dan hitam, serta orange/albino berbercak merah. Dari keempat penggolongan tersebut, nila yang berwarna pink/albino atau orange/albino berbercak merah lebih dari disukai kerna warnanya mirip ikan kakap merah hasil tangkapan dari laut. Berbeda dengan jenis ikan air tawar lainnya seperti Mas, Tawes yang bersisik halus, sisik-sisik yang melekat di sekujur tubuh nila merah agak kasar jika diraba. Nila merah memiliki bola mata hitam dengan warna kekuningan pada bagian tepinya.

2.3 Lingkungan Nila Merah
Menurut Suyanto (2010:17), Ikan nila merah terkenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup. Nila dapat hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin di laut. Kadar gambar air yang disukai antara 0-35 per mil. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stres dan kematian ikan. Ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan  dibandingkan dengan ikan yang sudah besar. Nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar 6-8,5. Namun, pertumbuhan optimalnya terjadi pH 7-8. Kadar oksigen terlarut 4--7 ppm. Suhu optimum 25--33°C. Pada suhu di bawah 25—33°C. Pada suhu di bawah 25°C ikan nila dapat hidup tapi bertumbuhannya lambat. Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat hidup di sungai, waduk, danau (di jaring apung ), rawa, sawah, kolam air deras, tambak air payau, atau di dalam jaring apung di laut. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
Kualitas air yang kurang baik mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa hal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan adalah pencemaran limbah organik, bahan buangan zat kimia dari pabrik, serta pestisida dari penyemprotan di sawah dan kebun-kebun, serta dari limbah rumah tangga. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan, lain halnya jika kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. (Suyanto,2010:18).

2.4 Pakan (Makanan) Ikan Nila Merah
Menurut Suyanto (Suyanto,2010:19), ikan nila adalah binatang omnivora (pemakan segala jenis makanan). Pakan alami ikan nila adalah fitoplankton (organisme renik nabati yang melayang-layang dalam air), zooplankton (organisme renik hewani yang melayang-layang dalam air, misalnya kutu air), siput, jentik-jentik serangga, kelekap (organisme renik yang hidup di dasar perairan), ganggang berbentuk benang, ganggang sutera, hydrilla (tumbuhan air), sisa-sisa dapur dan buah-buahan, serta daun-daun lunak yang jatuh ke dalam air.  

2.5 Pembenihan Ikan
Pembenihan ikan sebenarnya tak lepas dari usaha menyiasati induk jantan dan betina agar menghasilkan anakan. Untuk tujuan itu, harus dipenuhi syarat-syarat seperti induk siap pijah dan kolam siap huni yang harus dipersiapkan dengan matang. Tanpa persiapan yang matang, usaha mengahasilkan benih akan mengalami gangguan: misalnya induk tak mau memijah, hasil benih yang diperoleh sedikit, mutu tidak sesuai harapan, dan sebagainya. Rentetan kegiatan pembenihan nila merah adalah memilihara induk, memilih induk siap pijah, mempersiapkan tempat pemijahan, memijahkan induk dan pendederan. ( Santoso, 1996:16).

2.5.1        Memilihara Induk
                        Menurut Santoso (1996:16), Calon induk harus diseleksi dengan ketat agar diperoleh induk yang benar-benar berkualitas. Seleksi harus dimulai sejak pendederan sampai pembesaran. Pedoman yang dianut para pembudi daya ikan dalam meneyeleksi calon induk menjadi induk yaitu memilih ikan-ikan yang pertumbuhannya lebih pesat dibandingkan ikan seusianya. Nila merah dapat menjadi induk pada umur 5 atau 6 bulan dan sebelumnya ikan harus dipelihara dalam kolam khusus. Kolam pemiliharaan bagi induk nila merah harus dipersiapkan terlebih dahulu. Bersiapan itu meliputi pengolahan dasar kolam, perbaikan pematang, perbaikan pintu pemasukkan dan pengeluaran air, serta persiapan lainnya. Calon-calon induk yang dipelihara secara khusus harus berkualitas baik, seperti potongan tubuh kekar, sisik-sisiknya besar dan rata, serta warnanya tidak kusam.
2.5.2    Memilih induk siap pijah
                        Menurut Santoso (1996:18), seleksi nila merah selain bertujuan memilih induk yang layak dikawinkan, juga untuk memisahkan induk yang sehat dan sakit. Induk yang sedang sakit, sekalipun dinyatakan matang telur sebaiknya disingkirkan. Induk yang sakit akan beresiko, seperti hasil benih tidak optimal atau telur-telur yang dihasilkan tidak sehat. Dari segi umur nila merah dinyatakan siap tempur jika telah menginjak usia antara 5 sampai 6 bulan. Kuarang dari umur ini nila merah belum dapat dikawinkan, sekalipun dinyatakan badannya bongsor.
2.5.3        Mempersiapkan tempat pemijahan
                        Menurut Santoso (1996:20), mempersiapkan tempat pemijahan bagi nila merah berarti menyediakan kolam yang sesuai dengan hakikat mereka di alam aslinya, misalnya ddasar kolam dibuat berlumpur. Kolam pemijahan nila merah bisa terbuat dari kolam tanah biasa atau kolam berdinding tembok namun dasarnya tetap dibiarkan dari tanah/tidak disemen. Luas kolam yang akan digunakan bisa berukuran 200 m², 300 m², atau 500 m². Bahkan bila keadaan lahan memungkinkan bisa menggunakan kolam yang luasnya 1000 m². Langkah persiapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

a.  Pengeringan dasar kolam
          Jika matahari bersinar normal biasanya dalam tempo 3 sampai 5 hari dasar kolam akan kering. Sambil menunggu dasar kolam kering, perbaiki pula pematang yang longsor atau bekas sarang ular, belut dan sebagainya. Caranya dengan menambal tanah pada bagian yang berlubang. Kemalir (saluran tengah kolam) yang tidak teratur bentunya dibuat rapi dan lurus, guna mempermudah penangkapan induk dikemudian hari. Pengeringan mutlak dilakukan karena berfungsi menghilangkan senyawa beracun serta membasmi hama dan penyakit.
b.      Pemupukan
 Pemupukan dilakukan untuk menumbuhkan makanan alami yang sangat dibutuhkan, baik oleh induk maupun benih di kemudian hari. Sangat dianjurkan pupuk berupa kotoran ayam yang sudah menjadi tanah. Dengan takaran antara 300 gr/m², sampai 500 gr/m², pupuk disebar merata di dasar kolam. Untuk kolam seluas 100 m² harus disediakan pupuk kandang antara 30.000gr—50.000 gr atau 30 kg—50 kg.
c.       Pengapuran
 Pengapuran bertujuan untuk memperbaiki kualitas dasar kolam. Cara pemberiannya sama dengan pemupukan, yakni disebar merata di dasar kolam. Takaran yang dianjurkan yakni 25 gr/m² samapai 100 gr/m² luas kolam. Untuk kolam seluas 200 m² kapur yang harus disebarkan 5000 gr—20.000gr atau 5 kg—20kg. Apabila luasnya 100 m² maka dosis kapurnya dibuat setengahnya. Langkah selanjutnya memasukkan air hingga ketinggian 50 cm. Biarkan kolam tergenangi air selama 5 sampai7 hari, untuk memberikan kesempatan makanan alami tumbuh didalamnya.
2.5.4        Memijahkan induk
Pemasukkan induk ke kolam pemijahan dilakukan setelah persiapan selesai, meliputi pemilihan induk sampai mempersiapkan tempat. Pemasukkan induk jangan dilakukan pada saat suhu udara dan air tinggi, melainkan pada pagi atau sore hari agar induk tidak stres. Seekor induk nila merah dapat menghasilkan benih kurang lebih 400—500 ekor. Hasil perolehan benih tersebut sangat tergantung dari besar kecilnya induk yang dipijahkan. Biasanya benih nila merah masih dijagai oleh induk betina. Setelah benih berumur ± 30 hari dilakukan penangkapan benih dan induk-induknya.  Tampaknya sangat mudah melakukan penangkapan benih-benih ini, namun apabila kita melakukan kesalahan sedikit saja, misalnya gerakan yang induk tiba-tiba, dapat menyebabkan kematian benih. Untuk itu dicari cara menangkap benih yang benar dan aman bagi induk dan benihnya.
2.5.5        Pendederan
Pendederan adalah pemeliharaan benih ikan sampai menjadi benih siap dibesarkan. ukuran benih yang siap dibesarkan antara ikan yang satu dengan ikan yang lain tidak sama. Pendederan dapat menggunakan dapat menggunakan kolam tanah biasa atau kolam semen. Ukuran luasnya tergantung pada persediaan lahan yang ada. Untuk lebih memudahkan pengawasan, biasanya luas kolam pendederantidak lebih dari 100 m², dengan ketinggian air dari dasar hingga permukaan 30 cm—50 cm. Untuk menjaga benih agar tidak berdesakan, jangan menebarkan benih terlalu banyak. Padat penebaran benih untuk kolam yang telah dipersiapkan di atas sebanyak 100 ekor/m²--100 ekor/m² luas kolam. Jika pendederan dilakukan di bak beton atausemen, jumlah kepadatan per satuan luas kolam (m²) dikurangi menjadi 50 ekor—100 ekor. Untuk kolam pendederan seluas 100 m², benih yang ditebarkan berjumlah 10.000 ekor—20.000 ekor benih. Selain memanfaatkan makanan alami yang disediakan lewat pemupukan, selama pemeliharaan benih juga diberikan makanan tambahan berupa pellet sebanyak 3%--4% dari berat total ikan. Pemberian dilakukan sesering mungkin 4 sampai 6 kali per hari. Selain pellet, makanan tambahan bagi benih dapat diberikan dedak halus. Jika pemeliharaan dilakukan dengan baik, dalam jangka waktu 5 sampai 6 minggu benih-benih nila merah diharapkan telah mencapai berat 20 gr/ekor, dan dapat dipindahkan ke kolam pembesaran.

2.6   Membesarkan Nila Merah
            Setelah pemijahan dan pendederan, tahapan berikutnya dalam budidaya ikan adalah pembesaran. Pembesaran dimaksudkan untuk memelihara ikan sampai berukuran siap dikonsumsi atau untuk memenuhi permintaan pasar. Pembesaran ikan nila merah yang sering digunakan melalui : teknik pembesaran ikan nila di kolam, di tambak dan di keramba jaring apung.
2.6.1 Teknik pembesaran ikan nila di kolam
                  Ikan nila dapat di pelihara di kolam yang terletak diketinggian 500 m dpl atau kurang. Jika ketinggiannya lebih dari 500 m dpl, suhu udara dan air rendah. Hal ini akan menyebabkan lambatnya pertumbuhan ikan nila, ini senada yang diungkapkan Badan Litbang Perikanan (dalam Suyanto, 2010:93), pada ketinggian beberapa meter di tepi laut , produksi ikan nila di kolam dapat mencapai 5000 kg/ ha/tahun. Setiap ketinggian naik 100 m, produksinya turun sebanyak 250-300 kg/ ha/tahun.
2.6.2 Teknik pembesaran ikan nila di tambak
                  Di dekat pantai banyak terdapat kolam berair payau yang berkadar garam antara 2-33 per mil. Kolam di sini disebut tambak yang dapat digunakan untuk pembesaran ikan salah satunya ikan nila merah. Tambak air payau kedalamannya 60-80 cm. Di dasar tambak biasanya tumbuh kelekap. Kelekap adalah makanan alami yang tumbuh menempel pada tanah dasar tambak meyerupai lapisan karpet yang berwarna hijau tua. Lapisan ini terdiri dari campuran berbagai organisme, seperti alga berbentuk benang hijau-biru, diatomae, cacing, protozoa, dan bakteri.  Benih ikan nila sangat mudah diadaptasikan ke dalam air payau. Adaptasi dilakukan secara betahap . adaptasi ini memerlukan waktu sekitar 1-2 jam. Perlu diperhatikan bahwa adaptasi benih sebaiknya dilakukan ketika benih masih kecil.
2.6.3 Teknik pembesaran ikan nila di keramba jaring apung.
Sitem jaring apung adalah suatu wadah yang terbuat dari bahan jaring yang diapungkan di dalam air, misalnya waduk, danau, bendungan dan sebagainya untuk memelihara ikan (Santoso, 1996:36).
   Lokasi yang akan dipilih sebagai tempat jaring terapung harus memenuhi     syarat sebagai berikut:
a.       lokasi harus terlindung dari angin kencang serta hempasan gelombang
b.      kedalaman air antara 5 m—10 m dan berarus horizontal
c.       bebas dari segala pencemaran, baik fisik, kimia, biologi dan tidak mempunyai pelapisan air
d.      sedapat mungkin lokasi mudah dijangkau, baik oleh kendaraan roda dua atau roda empat.
Bila lokasi sudah didapat selanjutnya menyiapkan perlengkapan dan peralatan untuk unit budi daya jaring terapung. Dua komponen pokok dari sistem ini yaitu rakit dan jaring atau kurungan. Rakit berfungsi untuk tempat pemasangan kantong jaring terapung, sedangkan jaring berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ikan. 


2.7 Penanganan Pasca Panen
            Setelah dilakukan pemanenan, ikan nila merah perlu ditangani dengan baik agar kesegaran ikan dapat terus dipertahankan sampai ke tangan konsumen.
a.       Mempertahankan kesegaran ikan
Ikan nila merah merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Kerusakan daging ikan setelah ikan dipanen disebabkan oleh tiga penyebab pokok sebagai berikut: (Menurut Suyanto, 2010:112)
(1) Adanya enzim dari tubuh ikan yang menyebabkan daging ikan menjadi busuk,  kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan enzim ini disebut otolisis. (2). Adanya bakteri pembusuk dari luar tubuh ikan yang masuk ke dalam jaringan tubuh ikan mayi dan menghancurkannya. (3). Adanya proses kimia di dalam jaringan tubuh ikan yang mulai busuk karena proses otolisis.

Ketiga penyebab proses pembusukan tersebut dapat berjalan bersama-sama, tumpang tindih, atau saling memperkuat. Proses pembusukan akan semakin cepat bila suhu semakin tinggi. Proses pembusukan ikan dapat dihambat bila suhu didinginkan sampai 0° C atau lebih rendah. Untuk mempertahankan kesegaran ikan, dapat diterapkan proses rantai dingin. Artinya, setelah ikan dipanen atau ditangkap segera ditampung dan diangkut ke tempat lain untuk disimpan dan dijajakan. Di dalam rantai tersebut ikan harus selalu dicampur dengan es.

b.      Prosedur Penanganan Pasca Panen
Menurut Suyanto (2010:114), kesegaran ikan dapat dipertahankan dengan perlakuan sebagai berikut:
(1). Penangkapan ikan harus dilakukan hati-hati agar tidak luka. Ikan yang terluka akan mudah terserang bakteri sehingga terjadi otolisis. (2). Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7° C, pada suhu tersebut ikan yang masih hidup akan cepat pingsan dan mati tanpa meronta. Jumlah es yang digunakan sebanyak 1/6 volume air. (3). Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dari lendir. (4). Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat yang hanya menggunakan waktu 2-4 jam, dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang atau plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dari seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm. Ukuran ini adalah ukuran standar yang dapat menghindari resiko kerusakan ikan. (5). Es yang digunakan harus es potongan kecil-kecil (es curai). Perbandingan jumlah es dan ikan sebaiknya 1:1. es diletakkan secara berlapis-lapis. Dasar kotak dilapisi setebal 4-5 cm. Kemudian, ikan disusun diatas lapisan es setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Diantara ikan dan dinding boks, diberi es, demikian juga di antara ikan dan penutup boks.

Untuk pengangkutan dengan pengankutan darat biasanya digunakan boks yang berinsulasi. Hal ini mengakibatkan es cepat mencair ketika udara panas. Oleh karena itu, bila perjalanan lebih dari 6 jam perlu ditambahkan es di perjalanan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Balitbangkan (dalam Suyanto, 2010:115), ikan yang disimpan di dalam boks berinsulasi dan diberi es sesuai dengan prosedur di atas akan tahan sampai 7 hari. Cara ini cocok diterapkan bila tidak ada freezer. 

c.       Ciri-Ciri Ikan Segar
Organ
Ikan Segar
Ikan Membusuk
Mata
Terang/cerah, kornea transparan
Pudar, keriput, buram, agak masuk/cekung
Insang
Merah cerah, berlendir jernih, tak berbau, atau bau khas ikan
Cokelat-kelabu, lendir, keruh, bau menyengat
Tubuh
Bersisik mengilap, bila ditekan dengan jari terasa kenyal, sirip dan bagian tubuh berwarna asli
Sisik kusam, banyak yang lepas, bila ditekan meninggalkan bekas (cekung)
Perut
Utuh dan keras/kenyal
Lembek, bila ditekan keluar










Bab III
Metode Penelitian
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
            Penelitian ini dilakukan di kabupaten Ogan Ilir. Penentuan lokasi ditentukan dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ikan yang dihasilkan oleh kabupaten Ogan Ilir terutama di desa Sakatiga adalah ikan hasil budidaya. Selain itu juga sebagian besar usaha tani ikan budidaya pada di desa sakatiga dengan sistem pengelolaan yang lebih bervariasi meliputi sistem monokultur, sistem polikultur, sistem longyam, sistem jaring terapung, dan sistem tambak.
            Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada budidaya ikan nila merah pada usaha tani dengan sistem pengelolaan melalui jaring terapung (jaring apung).

3.2  Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer adalah sebagai data utama. Data primer diperoleh melalui metode survei yaitu dilakukan dengan wawancara langsung dengan peternak ikan nila merah, contoh melalui bantuan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer yang dibutuhkan meliputi data budidaya yaitu pembenihan nila merah dan membesarkan nila merah serta data lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Data skunder juga dipergunakan selain sebagai data pelengkap, data skunder bagi peneliti bermanfaat dalam membentuk pola berpikir penelitian ini. Data skunder diperoleh melalui berbagai sumber seperti buku referensi (kepustakaan) yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data
       3.3.1  Data Skunder ( studi kepustakaan)
       3.3.2  Data Primer (terjun langsung ke lapangan)

Sumber data yang diperoleh penulis dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
            Metodelogi penilaian ini sangat tepat digunakan untuk memperoleh data dan info yang objektif. Dalam pelaksanaannya penulis menggunakan dua teknik penelitian yaitu:
a.       Data skunder (studi kepustakaan), digunakan untuk mencari data-data yang diperoleh dari buku-buku dan bahan referensi lainnya.
b.      Data primer (studi lapangan), digunakan untuk mencari data-data yang diperoleh dari studi lapangan secara langsung yang dalam pelaksanaannya digunakan 2 (dua) instrumen penelitian yaitu:
1.  Observasi
     Cara yang dilakukan dengan  terjun langsung ke lapangan untuk mengamati   daerah penelitian tersubut.
2. Wawancara
     Cara yang ditempah dengan cara mewawancarai para informan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Wawancara ini dilakukan dengan cara menyiapkan daftar pertanyaan yang telah disusun oleh penulis.























             Rancangan Daftar Pertanyaan
Budidaya Ikan Nila Merah milik Pak Husmi Jalan Lintas Timur Desa Sakatiga RT 02 RW 02 Indralaya

1. Identifikasi Responden
    p.1. Nama Peternak                                     :
    p.2. Jenis Kelamin                                       : L/P
    P.3. Alamat                                                 :
    p.4. Pendidikan Terakhir                             :
    p.5. Usia                                                      :
    p.6. Mulai beternak ikan sejak                    :
    p.7. Sifat Usaha                                          : a. Mata Pencarian Utama
                                                                          b. Sambilan
    p.8. Alasan memilih beternak                      : a. Memberi keuntungan yang besar
           ikan nila merah                                       b. Lebih mudah menjualnya di pasar
           (pilih salah satu)                                     c. Lebih cepat mendapat uang
                                                                          d. Lainnya...........
   p.9. Jenis ikan yang dibudidaya                   :

2. Asfek Pemeliharaan
    p.10. Jenis areal pemeliharaan                     : a. Kolam
             ikan yang dipergunakan                       b. Sawah
             (pilih salah satu)                                  c. Tambak
                                                                          d. Keramba Jaring Apung
   p.11. Sebutkan alasan anda                          : a. Hasilnya banyak
            memilih (p.10)                                       b. Biaya Kecil
  c. Dekat dengan rumah
                                                                          d. Lainnya.....
p.12. Berapa jumlah bibit                                ; .....................ekor
         yang anda tebarkan
         setiap kali panen


p.13. Berapa banyak bahan dibawah ini yang diperlukan pada setiap kali panen:        
Jenis
satuan
Bibit
                               Ekor
Obat-obatan
                               Kg
Makanan
                               Karung




























Bab IV
Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini akan dipaparkan data tentang hasil pengamatan dan wawancara mengenai Budidaya Ikan Nila Merah Milik Pak Husmi Jalan Lintas Timur Desa Sakatiga RT 02 RW 02 Indralaya. Data tersebut dianalisis untuk untuk mengetahui bagaimana budidaya ikan nila merah.
Bapak Husmi adalah salah satu kepala keluarga di desanya yang menekuni usaha budidaya ikan nila. Usaha ini adalah usaha sambilan yang mulai ditekuni beliau sekitar tahun 1986 atau ± 25 tahun yang lalu. Alasan utama Bapak berusia 65 tahun ini membudidayakan ikan nila merah karena lebih mudah menjualnya di pasar dan juga pembeli banyak yang menyukai ikan nila merah, selain gurih ikan nila merah ini mempunyai warna yang unik untuk memikat pembeli. Pak Husmi lebih memilih tempat  pemeliharaan ikan budidayanya di Keramba Jaring Apung karena kondisinya yang berdekatan dengan rumah beliau, ini memudahkan beliau dalam mengontrol ikan budidayanya. Ketika sesudah panen Pak Husmi bisa menebarkan bibit ikan baru ± 1000 ekor /keramba dan untuk makanannya sendiri bisa mengahabiskan ± 18 karung setiap kali panen dan juga beliau tidak memakai obat-obatan untuk ikan-ikannya hanya berupa suntikan untuk mempercepat proses pertumbuhan si ikan. Selain ikan nila Pak Husmi juga memelihara ikan patin, hanya saja pada penelitian ini lebih dikhususkan pada ikan nila merah saja untuk mempermudah dan agar lebih fokus dalam penelitian.
Pak Husmi memelihara ikan nila merah pemliharaannya di keramba jaring apung, untuk membuat keramba jaring apung hal-hal yang dilakukan Pak Husmi yaitu membuat kerangka dan bingkai, pelampung, jangkar, jaring, pemberat jaring, penutup kantong jaringn dan bangunan pendukung dan peralatan lain. Pertama, membuat kerangka dan bingkai. Kerangka atau bingkai dibuat dari bahan bambu, kayu, atau besi yang dilapisi bahan anti karat. Batang-batang bambu diatur membentuk bingkai dan berfungsi sebagai titian bagi para teknisi yang bekerja sehari-hari. Batang bambu kemudian diikat dengan kawat yang tahan kawat dan berdiameter 0,4—0,5 cm. Kawat yang dibutuhkan sebanyak 15 kg—20 kg. Batang-batang bambu diikat membentuk kotak kerangka (bingkai) yang dibagi menjadi empat ruang. Setiap ruang berguna untuk mengikatkan kantong jaring. Ruangan tersebut  berukuran 2,5 m x 2,5 m sampai 3 m x 3 m, disesuaikan dengan ukuran kantong jaring. Kedua, pelampung. Pelampung dapat dibuat dari drum besi bekas minyak atau drum dari plastik. Jumlah pelampung antara 8—16 buah per unit KJA. Bila menggunakan drum dari besi, harus dicat dahulu bagian dalam dan luar drum agar tidak berkarat. Pelampung ini diikatkan pada kerangka bambu agar tidak mudah tenggelam dan dapat menahan beban. Ketiga, jangaka. Jangkar berfungsi sebagai penahan rakit agar tidak terbawa arus. Dapat juga digunakan jangkar perahu. Untuk satu unit KJA diperlukan 4—12 buah jangkar.  Untuk tali jangkar, dapat digunakan tali plastik yang berdiameter 5 cm. Panjang tali minimum 3 kali lipat kedalaman air. Keempat, jaring. Jaring dibuat dari bahan polietilen. Ukuran mata jaring tergantung dari ukuran ikan yang hendak dipelihara. Kantong jaring dipasang di rakit dengan 40—50 cm bagian atasnya timbul didalam di permukaan air. Jadi, pada bingkai rakit harus dipasangkan tiang atau papan penyangga sebagai pengikat kantong jaring. Kelima, pemberat jaring. Pemberat jaring berguna untuk menjaga agar bentuk jaring tetap simetris dan tidak mudah berubah ataupun terlipat karena gerakab ombak. Pemberat dapat dibuat dari timah, semen atau batu yang beratnya 2—5 kg. Benda ini dipasang pada setiap sudut jaring. Keenam, penutup kantong jaring. Bagian atas kantong jaring perlu diberi penutup dari bahan yang berwarna gelap untuk mengurangi terik sinar matahari. Kantong penutup ini berfungsi untuk menghindari serangan burung dan memberi suasana tenang kepada ikan-ikan didalamnya. Namun, penutup ini tidak menganggu kerja teknisi. Ketujuh, salah satu perlengkapan yang harus disediakan adalah perahu untuk pengangkut dari daratan ke lokasi KJA. Alat lain adalah seser berbagai ukuran, timbangan untuk menimbang pakan, timbangan kue untuk menimbang ikan yang disampling, ember, baskom berbagai ukuran dan lain-lain.  
langkah awal dalam proses budidaya ikan nila merah adalah Pembenihan ikan. Pembenihan ikan sebenarnya tak lepas dari usaha menyiasati induk jantan dan betina agar menghasilkan anakan. Dalam pembenihan ikan hal yang pertama yang harus dilakukan yaitu memilihara induk, calon induk juga harus diseleksi dengan ketat agar diperoleh induk yang benar-benar bagus dan akan menghasilkan anakan yang berkualitas. Hal kedua yang harus dilakukan yaitu  memilih induk siap pijah, ini dilakukan selain bertujuan memilih induk yang layak dikawinkan, juga untuk memisahkan induk yang sehat dan sakit. Ketiga, mempersiapkan tempat pemijahan. mempersiapkan tempat pemijahan bagi nila merah berarti menyediakan kolam yang sesuai dengan hakikat mereka di alam aslinya ataupun tidak. Keempat, memijahkan induk. Pemasukkan induk ke kolam pemijahan dilakukan setelah persiapan selesai, meliputi pemilihan induk sampai mempersiapkan tempat. Kelima, Pendederan. Pendederan adalah pemeliharaan benih ikan sampai menjadi benih siap dibesarkan. ukuran benih yang siap dibesarkan antara ikan yang satu dengan ikan yang lain tidak sama. Pendederan dapat menggunakan dapat menggunakan kolam tanah biasa atau kolam semen.
































Bab V
Penutup
langkah awal dalam proses budidaya ikan nila merah adalah Pembenihan ikan. Pembenihan ikan sebenarnya tak lepas dari usaha menyiasati induk jantan dan betina agar menghasilkan anakan. Dalam pembenihan ikan hal yang pertama yang harus dilakukan yaitu memilihara induk, calon induk juga harus diseleksi dengan ketat agar diperoleh induk yang benar-benar bagus dan akan menghasilkan anakan yang berkualitas. Hal kedua yang harus dilakukan yaitu  memilih induk siap pijah, ini dilakukan selain bertujuan memilih induk yang layak dikawinkan, juga untuk memisahkan induk yang sehat dan sakit. Ketiga, mempersiapkan tempat pemijahan. mempersiapkan tempat pemijahan bagi nila merah berarti menyediakan kolam yang sesuai dengan hakikat mereka di alam aslinya ataupun tidak. Keempat, memijahkan induk. Pemasukkan induk ke kolam pemijahan dilakukan setelah persiapan selesai, meliputi pemilihan induk sampai mempersiapkan tempat. Kelima, Pendederan. Pendederan adalah pemeliharaan benih ikan sampai menjadi benih siap dibesarkan. ukuran benih yang siap dibesarkan antara ikan yang satu dengan ikan yang lain tidak sama. Pendederan dapat menggunakan dapat menggunakan kolam tanah biasa atau kolam semen.
















Daftar Pustaka

Djarijah, Abbas Siregar. 1995. Nila Merah Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif. Yogyakarta : Kanisius.
Santoso, Budi. 2005. Budidaya Ikan Nila. Yogyakarta : Kanisius.
Suyanto, Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Jakarta : Penebar Swadaya

karya ilmiah

Jumat, 20 Mei 2011

makalah

STRATEGI PEMBELAJARAN
MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA
                                  (Jenis dan Penggunaan)


Kata Pengantar

            Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Media Pembelajaran Bahasa (Jenis dan Penggunaan)”. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dra. Zahra Alwi, M.Pd selaku dosen pengasuh. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang terlibat yang telah membantu,  sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Terakhir harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat menjadi acuan buat pembaca yang belajar lebih mendalam lagi tentang analisis buku teks. Saya menyadari kekurangan-kekurangan yang ada dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan. 



Palembang ,  April 2011


      Penulis




















Bab I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Tujuan
1.3  Manfaat




























Bab II
PEMBAHASAN

2.1        Pengertian
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “Medium”, yang secara harfiah berarti “Perantara” atau ”Pengantar“ yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dan penerima pesan. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Penegertiaan media jika dipahami sevara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Jadi meurut pengertian ini, guru, teman sebayat, buku teks, lingkingan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa meupakan media.
Berdasarkan pengertian mengenai media seperti di atas, maka dapat dikataka bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam atau di luar kelas) menjadi lebih efektif. Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. (Djamarah dan Zain, 2010 : 121)



Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.
Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala, diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.

2.2 Macam-Macam Media
Media yang dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut.

      2.2.1 Dilihat dari jenisnya, media dibagi kedalam:
         a.   Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio,  cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b.   Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rankai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak  seperti film bisu, dan film kartun.
c.   Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsure suara dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini terbagi lagi kedalam:
·         Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara dan cetak suara.
·         Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.
Pembagian lain dari media ini adalah:
Ø      Audiovisual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film video-cassette.
Ø      Audiovisual Gerak, yaitu yang unsur suara dan unsure gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya film strip suara dan cetak suara.

  2.2.2 Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:
     a. Media dengan daya liput luas dan serentak
Pengguanaan media ini terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
Contoh: radio dan televisi.
 b.  Media dengan daya liput yang yang terbatas oleh ruang dan tempat
      Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c.       Media untuk pengajaran individual
Media ini pengguanannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui computer.

2.2.3 Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:
   a.   Media Sederhana
         Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara        pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b.   Media Kompleks
         Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.

         Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai.

2.3 Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Setiap media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, maka diharapkan kepada guru agar menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada saat suatu kali pertemuan. Hal ini dimaksudkan jangan sampai penggunaan media menjadi penghalang proses belajar mengajar yang akan guru lakukan di kelas. Harapan yang besar tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat mempercepat/ mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.
Ketika suatu media akan dipilih, ketika suatu media akan dipergunakan, ketika itulah beberapa prinsip perlu guru perhatikan dan dipertimbangkan. Menurut Sudirman (dalam Djamarah dan Zain, 2010:126) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya kedalam tiga kategori, sebagai berikut:

    2.3.1 Tujuan Pemilihan
 Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong? Lebih sfesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK,SD,SMP,SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.

 2.3.2 Karakteristik media pengajaran
 Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan  kemampuan dasar yang harus dimilikiguru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran. Disamping itu, memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.

 2.3.3 Alternatif pilihan
                Memilih pasa hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya.
               Dalam menggunakan media hendaknya guru memperhatikan jumlah prisip tertentu agar pengguanaan media tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip itu menurut Sudjana (dalam Djamarah dan Zain, 2010:127) adalah:
  1. Menentukan jenis media dengan tepat : artinya, sebaiknya guru memilih  terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.
  2. Menetapkan atau memeperhitungkan subjek dengan tepat : artinya perlu diperhitungkan apakah pengguanaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik.
  3. Menyajikan media dengan tepat : artinya, teknik dan metode pengguanaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu dan sarana yang ada.
  4. Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Tentu tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar terus-menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan media pengajaran. Keempat prinsip ini hendaknya diperhatikan oleh guru pada waktu ia menggunakan media pengajaran.

2.4 Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media
               Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, di samping memenuhi prinsip-prinsip pemilihan, juga terdapat beberapa faktor dan kriteria yang perlu diperhatikan sebagaimana diuraikan berikut ini.

   2.4.1 Faktor-faktor yang perlu diperhatiakan dalam memilih media pengajaran
      a.  Objektivitas  
           Unsur subjektivitas guru dalam memilih media pengajaran harus dihindarkan. Artinya, guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas dasar kesengangan pribadi. Apabila secara objektif, berdasarkan hasil penelitian atau percobaan, suatu media pengajaran menunujukkan keefektifan dan efisiensi yang tinggi, maka guru jangan merasa bosan menggunakannya. Untuk menghindari pengaruh unsur subjektivitas guru, alangkah baiknya apabila dalam memilih media pengajaran itu guru meminta pandangan atau saran dari teman sejawat, dan/atau melibatkan siswa.
  1. Program pengajaran
Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya maupun kedalamannya. Meskipun secara teknis program itu sangat baik, jika tidak sesuai dengan kurikulum ia tidak akan banyak membawa manfaat; bahkan mungkin hanya menambah beban, baik bagi anak didik maupun bagi guru di samping akan membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. Terkecuali jika program itu hanya dimaksudkan untuk mengisi waktu senggang saja, daripada anak didik bermain-main tidak karuan.
  1. Sasaran program
Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akan menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran. Pada tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu anak didik mempunyai kemampuan tertentu pula, baik cara berpikirnya, daya imajinasinya, kebutuhannya, maupun daya tahan dalam belajarnya. Untuk itu maka media yang digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, simbol-simbol yang digunakan, cara dan kecepatan penyajiannya, ataupun waktu penggunaannya.
  1. Situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapat perhatian dalam menentukan pilihan media pengajaran yang akan digunakan.  Situasi dan kondisi yang dimaksud meliputi:
·      Situasi atau kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya.
·      Situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran mengenai jumlahnya, motivasi, dan kegairahannya. Anak didik yang sudah melakukan praktik yang berat, seperti praktik olahraga, biasanya kegairahan belajarnya sangat menurun.
  1. Kualitas teknik
Dari segi teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat. Barangkali ada rekaman audionya atau gambar-ganbar atau alat-alat bantunya yang kurang jelas atau kurang lengkap, sehingga perlu penyempurnaan sebelum digunakan. Suara atau gambar yang kurang jelas bukan saja tidak menarik, tetapi juga dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
  1. Keefektifan dan efisiensi penggunaan
Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Keefektifan dalam penggunaan media meliputi apakah dengan mengguanakan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh anak didik dengan optimal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah lakunya. Sedangkan efisiensi meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedikit mungkin. Ada media yang dipandang sangat efektif untuk mencapai suatu tujuan, namun proses pencapaiannya tidak efisien, baik dalam pengadaannya maupun di pengunaannya. Demikian pula sebaliknya, ada media yang efisien dalam pengadaannya atau penggunaannya, namun tidak efektif dalam pencapaian hasilnya. Memang sangat sulit untuk mempertahankan keduanya (efektif dan efisien) secara bersamaan, tetapi dalam memilih media pengajaran guru sedapat mungkin menekan jarak diantara keduanya.

2.5 Kriteria Pemilihan Media Pengajaran
         Apabila akan menggunakan media pengajaran dengan cara memanfaatkan media yang telah ada, guru dapat menjadikan kriteria berikut sebagai dasar acuan:
Ø      Apakah topik yang akan dibahas dalam media tersebut dapat menarik minat anak didik untuk belajar?
Ø      Apakah materi yang terkandung dalam media tersebut penting dan berguna bagi anak didik?
Ø      Apabila media itu sebagai sumber pengajaran yang pokok, apakah isisnya relevan dengan kurikulum yang berlaku?
Ø      Apakah materi yang disajikan otentik dan aktual, ataukah informasi yang sudah lama diketahui massa dan atau peristiwa yang telah lama terjadi?
Ø      Apakah fakta dan konsepnya terjamin kecermatannya atau ada satu hal yang masih diragukan?
Ø      Apakah format penyajiannya berdasarkan tata urutan belajar yang logis?
Ø      Apakah pandangannya objektif dan tidak mengandung unsur propoganda atau hasutan terhadap anak didik?
Ø      Apakah narasi, gambar, efek, warna dan sebagainya, memenuhi syarat standar kualitas teknis?
Ø      Apakah bobot penggunaan bahasa, simbol-simbol, dan ilustrasinya sesuai dengan tingkat kematangan  berpikir anak didik?
Ø      Apakah sudah diuji kesahihannya (validitas)?

Untuk jenis media rancangan (yang dibuat sendiri), pertanyaan yang dijadikan sebagai acuan adalah sebagai berikut:
·         Apakah materi yang akan disampaikan itu untuk tujuan pengajaran atau hanya informasi tambahan atau hiburan.
·         Apakah media yang dirancang itu untuk keperluan pembelajaran atau alat bantu pengajaran (peraga)?
·         Apakah dalam pengajarannya akan menggunakan strategi kognitif, afektif atau psikomotorik?
·         Apakah materi pelajaran yang akan disampaikan itu masih sangat asing bagi anak didik?
·         Apakah perlu rangsangan gerak seperti untuk pengajaran bahasa?
·         Apakah perlu rangsangan seperti pengajaran seni atau olahraga?
·         Apakah perlu rangsangan warna?
Setelah tujuh pertanyaan tersebut terjawab, maka guru dapat mengajukan alternatif media yang akan dirancang. Alternatif tersebut mungkin jenis media audio, media visual atau media audiovisual. Selanjutnya ajukan lagi pertanyaan sebagai acuan berikutnya.
  • Apakah bahan dasarnya tersedia atau mudah diperoleh?
  • Apakah alat pembuatannya tersedia?
  • Apakah pembuatannya tidak terlalu rumit?
  • Apabila menghadapi kesulitan, apakah ada orang-orang yang dapat dimintai bantuannya?
  • Apakah mudah dalam penggunaannya dan atau tidak membahayakan seperti meledak, menimbulakan kebakaran dan sebagainya?
  • Apakah tersedia dana untuk pembuatannya?
Setelah pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab, akhirnya guru akan dapat menetukan media mana yang akan dianggap cocok untuk diproduksi. Apabila tidak ada satupun media yang dapat diproduksi (dirancang) maka guru harus mencari sumber pengajaran lainnya, misalnya menggunakan narasumber (reseorce person).

               Selain kriteria pemilihan media pengajaran sebagaimana disebutkan diatas, Nana Sudjana dan Ahmat Rivai (dalam Djamarah dan Zain, 2010:132) juga mengemukakan rumusannya. Menurut mereka, dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut;
  1. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya, media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instrukssional yang berisikan unsur-unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, lebih mungkin digunakannya media pengajaran.
  2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya, bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip dan konsep generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar mudah dipahami siswa.
  3. Kemudahan memperoleh media; artinya, media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media garfis umumnya mudah dibuat oleh guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya.
  4. Keterampilan guru dalam mengguanakannya; artinya, apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya  dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaannya oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Adanya OHP, proyektor fil, computer dan alat-alat canggih lainnya, tetapi dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk memepertinggi kualitas pengajaran.
  5. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
  6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan haruslah sesuai dengan taraf pemikiran siswa, sehingga makna terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi siwa SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa  yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi.
               Dengan kriteria pemilihan media tersebut, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru , tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Karena itu, media bukan keharusan, tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi kualitas belajar mengajar.

2.6 Pengembangan dan Pemanfaatan Media Sumber
               Media pengajaran adalah suatu alat bantu yang tidak bernyawa. Alat ini bersifat netral. Peranannya akan terlihat jika guru pandai meanfaatkannya dalam proses belajar mengajar. Media apa yang akan dimanfaatkan oleh guru? Dimana pemanfaatannya? Bagaimana cara pemanfaatannya?  Adalah serentetatn pertanyaan yang perlu diajukan dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan media pengajaran dalam proses belajar mengajar.
               Peranan media diharapkan pemahaman guru terhadap media menjadi jelas, sehingga tidak memanfaatkan media secara sembarangan. Sebagai media yang meletakkan cara berpikir konkret dalam kegiatan belajar mengajar, pengembangannya diserahkan kepada guru. Guru dapat mengembangkan media sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini akan terkait dalam kecermatan guru memahami kondisi psikologis siswa, tujuan metode dan kelengkapan alat bantu. Kesesuaian dan keterpaduan dari semua unsure ini akan sangat mendukung pengembangan media pengajaran.
               Kegagalan seorang guru dalam mengembangkan media pengajaran akan terjadi jika penguasaan terhadap karakteristik media itu sendiri sanagat kurang. Pemanfaatan media dengan maksud mengulur-ulur waktu tidak dibenarkan. Karena kegiatan belajar mengajar bukan untuka hal itu. Apabila pemanfaatan media dengan dalih untuk memperkenalkan kekayaan sekolah. Semua itu tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan pencspsisn tujuan pengajaran. Karena itu, pemanfaatan media hanya diharuskan dengan maksud untuk mencapai tujuan pengajaran.
               Tetapi pemanfaatan media juga tidak asal-asalan menurut keinginan guru, tidak berencana dan sistematik. Guru harus memanfaatkannya menurut langkah-langkah tertentu, dengan perencanaan yang sistematik. Ada enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu ia belajar dengan mempergunakan media. Langkah-langkah itu adalah:
  1. Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media
  2. Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan media mana yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip pemilihan dan dasar pertimbangannya patut diperhatikan.
  3. Persiapan kelas. Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan, sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media. Guru harus dapat memotivasi mereka agar dapat menilai, mengantisipasi, menghayati pelajaran dengan menggunakan media pengajaran.
  4. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media.
Pada fase ini penyajian bahan pelajaaran dengan memanfaatkan media pengajaran. Keahlian guru dituntut disini. Media diperbantukan oleh guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran. Media dikembangkan penggunaannyauntuk keefektifan dan efisiensi pencapaian tujuan.
  1. Langkah kegiatanbelajar siswa.
Pada fase ini siswa belajar dengan memanfaatkan media pengajaran. Pemanfaatan media disini bisa siswa sendiri yang mempraktekannya ataupun guru langsung memanfaatkannya, baik di kelas atau di luar kelas.
  1. Langkah evaluasi pengajaran.
Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi, sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, yang sekaligus dapat dinilai sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa. Hasil evaluasi dapat dijadikan dasar atau bahan bagi proses belajar berikutnya.

               Manfaat penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar, terutama untuk tingkat SD sangat penting. Sebab pada masa ini siswa masih berfikir konkret, belum mampu berbikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu mereka dalam memahami konsep tertentu, yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan itulah dapat di wakili oleh pearanan media. Di sini nilai praktis media terlihat, yang beranfaat bagi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
              
               Menurut Nana Sudjana (dalam Djamarah dan Zain, 2010 : 137) mengemukakan nilai-nilai praktis media pengajaran adalah :
  1. Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untu berpikir. Karena itu, dapat mengurangi verbalisme.
  2. Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.
  3. Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantab.
  4. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap sisiwa.
  5. Menumbuhkan penumbuhan yang teratur dan berkisanimbungan.
  6. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa.
  7. Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh  dengan cara lainserta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
  8. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para sisiwa dan memungkinkan sisiwa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
  9. Metode mengajae akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
  10. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga aktivitas lai seperti : mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Nilai-nilai praktik media pengajaran, menurut Sudirman N. dkk. (dalam Djamarah dan Zain, 2010 : 138) adalah :
  1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konseb yang abstrak sehingga dapat mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme. Misalnya, untuk menjelaskan bagaimana sistem peredaran darah pada manusia, digunakan film.
  2. Menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk di bawa ke dalam kelas ; misalmya pasar, pabrik, binatang-binatang yang besar, alat-alat perang. Objek-objek tersebut cukup di tampilkan melalui foto, film atau gambar.
  3. Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang terlalu lambat. Gerakan yang terlalu cepat misalnya, gerakan kapal terbang, mobil, mekanisme kerja suatu mesin dan perubahan wujud suatu zat, metamorfosis.
  4. Informasi yang diperoleh siswa berasal dari satu sumber serta dalam situasi dan kondisi yang sama, maka dimungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi pada siswa.
  5. Membangkitkan motivasi belajar siswa.
  6. Dapat mengontrol dan mengatur waktu belajar siswa.
  7. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya (sumber belajar).
  8. Bahan pelajaran dapat diulang sesuai dengan kebutuhan dan atau disimpan untuk di gunakan pada saat yang lain.
  9. Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka, seperti : peristiwa gerhana matahari total atau binatang yang hidup di kutub.
  10. Menampilakan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang, misalnya : mempelajari tentang bakteri dengan menggunakan mikroskop.

               Untuk merasakan manfaatnya guru dapat mempergunakan dan mengembangkannya dalam proses belajar mengajar, baik di kelas maupun di luar kelas. Media yang dapat dimanfaatkan oleh guru adalah media yang sesuia dengan misi tujuan. Cara memanfaatkan media bergantung dari jenis dan karakteristik suatu media. Cara kerja media visual tentu berbeda dengan cara kerja media audiovisual. Cara pemakaiannya tidak mesti harus guru, tetapi siswa juga bisa, selama untuk mencapai tujuan pengajaran.

oleh: 
betra Wulandari
reni gustia
nelda wati 
juliansyah