Jumat, 20 Mei 2011

makalah

Teori dan Apresiasi Drama
Tata Rias dan Tata Busana dalam Pementasan Drama


Kata Pengantar

            Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Tata Rias dan Busana dalam Pementasan Drama”. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd selaku dosen pengasuh. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang terlibat yang telah membantu hingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Terakhir harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat menjadi acuan buat pembaca yang belajar lebih mendalam lagi tentang analisis buku teks. Saya menyadari kekurangan-kekurangan yang ada dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat saya harapkan. 



Palembang ,  Maret 2011


      Penulis













Bab 1
Pendahuluan
Drama (Yunani Kuno δρᾶμα) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosa kata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.
Menurut Roem (2009:1) akting yang baik itu adalah Akting yang tidak hanya
berupa dialog saja, tetapi  juga  berupa  gerak.  Dialog  yang  baik  ialah  dialog yang :
terdengar (volume baik),  jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar),  menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah), Gerak yang baik ialah gerak yang : terlihat (blocking baik),  jelas (tidak ragu‑ragu, meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan), menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah). Penjelasan : (1).Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh, (2). Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata‑kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih, (3). Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti “tidak takut” harus diucapkan berani bukan ber‑ani, (4). Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah, (5). Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi. (6). Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh.
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung; Jelas, tidak ragu‑ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah‑setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu‑ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb. Menghayati berarti gerak‑gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
Ada banyak faktor pendukung dalam pementasan drama salah satunya adalah tata rias dan busana. Dalam makalah ini akan membahas tentang bagaimana tata rias dan busana dalam pementasan suatu drama.
           




























Bab 2
Pembahasan

1. Tata Rias
      1.1 Pengertian tata rias
  Tata rias disini adalah tata rias pentas, jadi segala sesuatu harus ditujukan untuk membentuk artistik yang mendukung pemeran dalam sebuah pementasan lakon. Tata rias yaitu bagaimana cara menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah atau gambaran peran yang akan dimainkan. Sebagai contoh seorang pemeran dalam kehidupan sehari-hari mungkin dikenal sebagai seorang pelajar, tetapi dipanggung dia akan menjadi manusia lain, menjadi seorang pemeran yang digariskan oleh seorang penulis lakon.
Alasan mengapa pemain perlu dirias, yang pertama, agar wajah tidak terlihat pucat apabila terkena cahaya lampu yang tajam. Kedua, agar pemain menampakkan rupa seperti tokoh yang diperankan. Misalnya, untuk memerankan tokoh kakek pemain harus dirias sedemikian rupa supaya wajahnya tampak tua.
Menurut Wiyanto (2002:38), seorang penata rias haruslah memiliki rasa seni yang tinggi. Karena tugasnya merias wajah, ia harus tahu apakah hasil riasannya sudah cukup bagus. Apakah sudah sesuai dengan tokoh yang akan diperankan? Misalnya merias pemain yang akan memerankan nenek tua. Setelah merias ia perlu memeriksa kembali dan mengamati dengan teliti apakah pemain yang diriasnya sudah nampak seperti nenek tua. Selain mempunyai rasa seni, penata rias harus terampil dan cekatan, karena pemain yang akan dirias adakalanya cukup banyak. Kalau kerja penata rias lambat bias jadi pementasan drama akan menjadi telambat.
Tata rias dalam pementasan drama dapat dianggap sebagai hal yang paling vital, tetapi dapat pula hanya merupakan sarana pendukung biasa. Dikatakan demikian tentu karena peranan dan fungsi tata rias di dalam pementasan drama. Untuk tugas membuat pemain semakin menarik, cantik atau tampan, di dalam situasi yang wajar, maka dapat dikatakan tata rias hanya merupakan sarana pendukung saja. Lain halnya jika seorang pemuda remaja dapat ”disulap” menjadi seseorang yang tua renta, atau gadis belia yang menjadi nenek-nenek yang tua dan mengerikan untuk kegunaan pementasan, maka disebutkan bahwa tata rias telah menjadi sesuatu hal yang sangat vital.
         Menurut Hasanuddin (2009:186) untuk kepentingan tata rias selayaknya diperhatikan beberapa hal, yaitu: (1). Tata rias dilakukan untuk kepentingan penegasan karakter, sehingga penonton dengan mudah dapat menangkap kesan-kesan tertentu menyangkut karakter tokoh yang sedang mereka saksikan. (2). Tata rias dilakukan untuk membantu pemain menghayati peran yang dibebankan kepadanya, di samping untuk menumbuhkan kepercayaan diri pemain dalam melakukan akting (laku dramatik) di pentas. (3). Tata rias dilakukan untuk membantu lancarnya peristiwa yang harus disaksikan penonton, membangkitkan kesan dan suasana tertentu. Warna dasar dari pementasan tergambarkan hendaknya dari tata rias yang dilakukan kepada para pemain di dalam suatu pementasan, maka penginpretasian penonton pada pementasan yang mereka saksikan akan lebih terarah. Permasalahan-permasalahan yang dikemukakan akan lebih mudah terbaca, karena adanya sarana tata rias, dan jangan sebaliknya yang terjadi, pementasan cacat karena tata rias.

     1.2 Tugas dan fungsi tata rias
Tugas tata rias yaitu membantu memberikan dandanan atau perubahan-perubahan pada para pemain sehingga terbentuk dunia pentas dengan suasana yang kena dan wajar. Tugas ini dapat merupakan fungsi pokok, dapat pula sebagai fungsi bantuan. Sebagai fungsi pokok, misalnya tata rias ini mengubah seorang gadis belia menjadi nenek tua atau seorang wanita memainkan peranan sebagai seorang laki-laki atau sebaliknya. Sebagai fungsi bantuan, misalnya seorang gadis muda harus memainkan peranan sebagai gadis muda, tetapi masih harus memerlukan sedikit riasan muka atau rambut dan hal-hal kecil lainnya.

1.3  Kegunaan Tata Rias
      a.   Merias  tubuh  berarti  merubah hal yang  alami menjadi hal yang berguna
            artinya   dengan  prinsip   mendapatkan daya  guna  yang  tepat.   Bedanya
            dengan rias cantik adalah kalau rias cantik merubah hal yang jelek menjadi
            cantik sedangkan rias untuk teater adalah merubah hal yang alami menjadi
            hal yang dikehendaki.
b.   Mengatasi efek tata lampu yang kuat.
c.   Membuat wajah dan badan sesuai dengan peranan yang dimainkan atau
      dikehendaki.

1.4 Faktor-faktor yang Perlu diperhatikan dalam Tata Rias
            a.   Rata dan halusnya base. Base yaitu bahan yang berguna untuk melindungi
                  kulit dan untuk memudahkan pelaksanaan dan penghapusan tata rias.
b.   Kesamaan Foundation. Foundation yaitu bedak dasar yang memberikan
      warna kulit sesuai dengan warna kulit peran.
c. Penggunaan garis-garis yang layak. Garis-garis ini berguna untuk  memperjelas anatomi muka, batas-batas bagian wajah (alis, mata, keriput-keriput).
d. Harmoni antara sinar dan bayangan-bayangan. Highlight dan Shadow  memberi efek bahwa manusia itu tiga dimensial.

1.5 Bahan-bahan Tata Rias
 a. Base, yang termasuk ini adalah bedak dingin atau coldcream. Cara memakainya dengan mengambil dengan telunjuk, letakkan pada bagian yang menonjol, gosok dengan cara memutar sampai rata.
b.   Foundation, ada dua macam yaitu stick dan pasta. Cara menggunakannya sama denganBase.
c. Lines, gunanya untuk memberi batas anatomi muka. Macamnya ada Eyebrow pencil (membentuk alis dan memperindah mata), Eyelash (membentuk bulu mata agar melengkung), Lipstick, Highlight dan Shadow (menciptakan tiga dimensi pada muka), Eyeshadow (mrmbentuk dimensi pada mata).
d.  Rouge, gunanya untuk menghidupkan  pipi dekat mata, tulang pipi, dagu, kelopak mata antara hidung dan mata.   
e. Cleansing, gunanya untuk membersihkan segala tata rias dan juga sebagai nutrient dan pengobatan padan kulit.


1.6  Macam-macam Tata Rias
 a. Rias Jenis yaitu rias yang  dilakukan untuk merubah jenis seorang pemeran,
    dari laki-laki menjadi wanita atau sebaliknya.




Contoh Rias Jenis pada pentas naskah Prabu        Maha Anu karya Robert Pinget terjemahan Saini KM.


b.      Rias Bangsa yaitu rias yang berfungsi untuk merubah seorang pemeran yang harus memainkan peranan bangsa lain. Misalnya orang indonesia memerankan tokoh berbangsa afrika. Jadi harus tahu ciri-ciri setiap bangsa yang menjadi ciri khas. 



                        
                      Contoh Rias Bangsa Perancis abad XVIII







c.       Rias usia yaitu rias yang berfungsi untuk merubah seorang pemeran menjadi orang lain yang usianya lebih tua dari usia pemeran yang asli. Dalam tata rias ini perlu mengetahui tentang anaomi manusia dan berbagai tingkat umur, ketuaan pada wajah biasanya ditandai dengan kerut pada vivir, dahi dan sudut mata. 
    


Contoh mengerjakan tata rias usia dari muda ke tua

d.       Rias tokoh yaitu rias yang berfungsi untuk merubah seorang pemeran menjadi tokoh lain. Rias ini termasuk rias yang agak sulit karena adanya hubungan antara bentuk luar dan watak seseorang. Misalnya rias tokoh untuk seorang
pelacur atau perampok. Rias tokoh sama dengan rias watak.
e.        Rias temporal yaitu rias yang berfungsi untuk membeda-bedakan waktu. Misalnya rias sehari-hari akan berbeda dengan rias mau ke pesta.
f.       Rias aksen yaitu rias yang berfungsi untuk mempertegas aksen seorang pemeran yang mendekati peran yang akan dimainkan. Misalnya Pemuda Jawa akan memainkan peranan sebagai pemuda Jawa.
g.        Rias lokal yaitu rias yang ditentukan oleh tempatnya. Misalnya rias seorang petani di sawah akan berbeda dengan petani tapi sudah dirumah.



2. Tata Busana / Kostum
Istilah busana merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Istilah busana berasal dari bahasa sanskerta yaitu “bhusana” dan istilah yang popular dalam bahasa Indonesia yaitu “busana” yang dapat diartikan “pakaian”. Tata busana adalah pengaturan pakaian baik bahan, model, maupun cara mengenakannya. Tata busana memiliki hubungan yang erat dengan tata rias. Karena, itu tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap penata rias. Artinya, penata rias sekaligus merangkap sebagai penata busana. Hal ini dilakukan karena untuk menampakkan rupa dan postur tokoh yang diperankan, pemain harus dirias dengan pakaian yang cocok. Dengan kata lain, tata rias dan tata busana merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling mendukung. Akan tetapi, sering juga tugas penata rias dipisahkan dengan tugas mengatur pakaian. Artinya, penata rias hanya khusus merias wajah, sedangakan yang mengatur pakaian/busana penata busana dengan pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat kerja. Meskipun demikian, penata rias dan penata busana harus bekerja sama saling memahami, menyesuaikan, dan saling membantu agar hasil akhirnya memuaskan.
Tata busana sangat berpengaruh terhadap penonton, karena sebelum seorang pemeran didengar dialognya terlebih dahulu diperhatikan penampilannya. Maka dari itu, kesan yang ditimbulkannya pada penonton mengenai dirinya tergantung pada yang tampak oleh mata penonton. Pakaian  yang tampak pertama kali akan membantu menggariskan karakternya, kemudian dari pakaiannya juga akan memperkuat kesan penonton. Sebelum membicarakan itu semua maka terlebih dahulu kita mengetahui tentang istilah tata busana pentas atau kostum pentas.
Segala sandangan dan perlengkapannya (accessories) yang dikenakan di  dalam pentas disebut dengan tata pakaian pentas. Bahkan bisa pemeran atau penari dalam pentas mengenakan pakaiannya sendiri, maka pakaian itu beserta perlengkapannya menjadi kostum pentasnya. Busana pentas meliputi semua pakaian, sepatu, pakaian kepala dan perlengkapannya, baik yang kelihatan maupun yang kelihatan oleh penonton.
2.1 Tujuan Tata Busana
      a. Membantu penonton agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi peranan.
b. Membantu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan
    peranan yang lain, misalnya sebuah seragam kesatuan.

2.2 Bagian-bagian Busana Pentas
      a.   Busana dasar
Busana dasar yaitu bagian dari busana yang entah kelihatan maupun yang tidak terlihat, gunanya untuk membuat indah pakaian yang terlihat. Busana ini juga untuk membuat efek yang diperlukan dalam sebuah pertunjukan. Busana ini bisa berbentuk korset, stagen, rok simpai atau busana untuk membuat perut gendut, pinggul yang besar atau untuk membuat pemeran tampak gemuk. Contoh yang paling sederhana yaitu pakaian badut.
b.      Busana Kaki
         Busana Kaki yaitu busana yang digunakan untuk menghias kaki pemeran. Busana ini bisa terdiri dari kaos kaki, sepatu ( olah raga, periodisasi, klasik, modern, kesatuan atau seragam dan lain-lain), sandal (modern, tradisional, klasik, rakyat atau keratin) sepatu atau sandal dari suku atau Negara tertentu yang mempunyai ciri khas tersendiri.
c.       Busana Tubuh atau Body
            Busana tubuh atau body yaitu busana yang dipakai tubuh dan  kelihatan oleh penonton. Busana ini meliputi blus, rok, kemeja, celana, jaket, rompi, jas, sarung dan lain-lain. Busana ini bisa pakaian tradisional dari suatu daerah, busana kenegaraan, busana modern atau busana fantasi yang diciptakan untuk tujuan pementasan dengan lakon tertentu.
d.   Busana Kepala
Busana Kepala yaitu pakaian yang dikenakan di kepala pemeran, termasuk juga penataan rambut. Corak pakaian kepala tentu saja tergantung dari corak busana yang akan dikenakan. Pakaian kepala dapat dimanfaatkan sebagai tanda atau pencitraan seorang pemain di atas pentas. Misalnya seorang raja ditandai dengan pemakaian mahkota, orang jawa dengan blangkonnya atau cowboy dengan topi laken. Gaya rambut juga kadang-kadang dimasukkan kedalam pakaian kepala meskipun ini termasuk bagian dari tata rias. Busana dan tata rias sangat erat kaitannya dengan melukiskan peranan hingga kedua hal tersebut perlu diperhatikan bersama.


e.       Perlengkapan-perlengkapan/accessories
Accessories yaitu pakaian yang melengkapi bagian-bagian busana yang bukan pakaian dasar atau yang belum termasuk dalam busana dasar, busana tubuh, busana kaki dan busana kepala. Pakaian ini ditambahkan demi efek dekoratif, demi karakter atau tujuan-tujuan lain. Misalnya kaos tangan, perhiasan, dompet, ikat pinggang, kipas dan sebagainya. Selain accessories ada juga yang disebut dengan properties yaitu benda atau pakaian yang berguna untuk membantu akting permainan. Perbedaan antara accessories dan properties tidaklah begitu jelas, seringkali yang sedianya untuk properties tetapi kemudian berubah menjadi accessories begitu juga sebaliknya. Umpamanya, dompet yang dibawa oleh seorang pemeran hanya untuk melengkapi efek kostum adalah accessories, tetapi bila dompet tersebut digunakan untuk membantu akting maka dompet tersebut menjadi properties. Kemudian mantel dan topi yang harus ada pada tempatnya bila adegan mulai, atau yang dibawa oleh pelaku lain, ini dipandang sebagai properties, tetapi kalau mantel dan topi itu digunakan oleh pelaku maka ini disebut sebagai kostum. Jadi suatu accessories yang dikenakan oleh pemeran apabila tidak digunakan untuk membantu acting permainan maka tetap disebut sebagai accessories tetapi kalau barang itu digunakan untuk membantu permainan maka disebut dengan properties. Begitu juga dengan busana kalau tidak digunakan untuk main maka disebut sebagai properties tetapi kalau digunakan pada waktu permainan maka disebut sebagai kostum.
2.3 Macam-macam Tata Busana
      a.   Busana historis
                  yaitu bentuk busana pentas yang spesifik untuk periode-periode   berdasarkan  sejarah dari kejadian lakon. Misalnya busana jaman Napoleon adalah serba ketat untuk pria dan jurk menjurai di atas lantai dengan rumbai dan rampel meriah bagi wanita. Busana pentas kerajaan Mojopahit akan berbeda dengan kerajaan Mataram.

b.  Busana modern
yaitu bentuk busana pentas yang digunakan tak berbeda dengan pakaian yang digunakan sehari-hari dimasyarakat.
c.  Busana tradisional
yaitu bentuk busana yang menggambarkan karakteristik spesifik secara simbolis dan distilir. Busana seperti ini  seringkali berlatar belakang sejarah terutama yang berhubungan dengan karakter tradisional, periode dan tempat yang khusus.
d.  Busana nasional
                  yaitu busana yang menggambarkan secara khas dari suatu negara dan yang bersangkutan secara historis dan nasional. Misalnya busana tentara Jerman jaman Nazi atau tentara jepang diperang dunia II.

2.4 Fungsi Tata Busana
      a.    Mencitrakan Keindahan Penampilan
Manusia memiliki hasrat untuk mengungkapkan rasa keindahan dalam berbagai aspek kehidupan. Tata busana dalam teater berfungsi sebagai bentuk ekspresi untuk tampil lebih indah dari penampilan sehari-hari.
Pementasan teater adalah suatu tontonan yang mengandung aspek keindahan. Pada era teater primitif, hasrat untuk tampil berbeda dan lebih indah dari tampilan sehari-hari telah muncul. Busana pementesan teater dibuat secara khusus dan dilengkapi dengan asesoris sesuai kebutuhan pemensan. Teater di Inggris pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth (1580 – 1640), memakai busana sehari-hari yang dibuat lebih indah dengan mengaplikasikan perhiasan dan penambahan bahanbahan yang mahal dan mewah.
b.    Membedakan Satu Pemain Dengan Pemain Yang Lain
                  Pementasan teater menampilkan tokoh yang bermacam-macam karakter dan latar belakang sosialnya. Penonton membutuhkan suatu penampilan yang berbeda-beda antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Busana menjadi salah satu tanda penting untuk membedakan satu tokoh dengan tokoh yang lain. Penampilan busana yang berbeda akan menunjukkan ciri khusus seorang tokoh, sehingga penonton mampu mengidentifikasikan tokoh dengan mudah.
c.    Menggambarkan Karakter Tokoh
Fungsi penting busana dalam teater adalah untuk menggambarkan karakter tokoh.   Perbedaan karakter dalam busana dapat ditampilkan melalui model, bentuk, warna, motif, dan garis yang diciptakan. Melalui busana, penonton terbantu dalam menangkap karakter yang berbeda dari setiap tokoh. Contohnya, tokoh seorang pelajar yang pendiam, rajin, dan alim, busananya cenderung rapi, sederhana, dan tanpa asesoris yang berlebihan. Sebaliknya, tokoh seorang pelajar yang bandel, brutal, dan sering membuat onar, busananya dilengkapi asesoris dan cara pemakaiannya seenaknya tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan sekolah





d.     Memberi Ruang Gerak Pemain
Tata busana memiliki fungsi memberikan ruang gerak kepada pemain untuk  mengekspresikan karakternya (Gb.186). Busana diciptakan untuk memberikan ruang gerak pemain sehingga segala bentuk gerak dapat diekspresikan secara maksimal.





Pemain memiliki bentuk dan karakteristik gerak yang berbeda dan membutuhkan bentuk dan gaya busana yang berbeda pula. Busana bukan sebagai penghalang bagi aktivitas pemain, sebaliknya memberi keluasan gerak pemain. Dalam Opera Cina, busana dirancang khusus untuk adegan-adegan perang yang akrobatik.

e.    Memberikan Efek Dramatik
Busana juga berfungsi memberikan efek dramatik. Busana mendukung dramatika sebuah adegan dalam lakon. Gerak pemain akan lebih ekspresif dan dramatik dengan adanya busana. Efek dramatik busana juga bisa muncul dari perkembangan tokoh, contohnya busana tokoh yang mengalami kejayaan pada babak awal kemudian berubah busananya ketika mengalami kejatuhan. Selain itu, saat busana dipakai untuk bermain bisa melahirkan bentuk dan efek gerak tertertu yang mampu memukau.








                                                         





Bab 3
Penutup
Kesimpulan
Tata rias yaitu bagaimana cara menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah atau gambaran peran yang akan dimainkan. Istilah busana berasal dari bahasa sanskerta yaitu “bhusana” dan istilah yang popular dalam bahasa Indonesia yaitu “busana” yang dapat diartikan “pakaian”. Tata busana adalah pengaturan pakaian baik bahan, model, maupun cara mengenakannya.
Tata busana memiliki hubungan yang erat dengan tata rias. Karena, itu tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap penata rias. Artinya, penata rias sekaligus merangkap sebagai penata busana. Hal ini dilakukan karena untuk menampakkan rupa dan postur tokoh yang diperankan, pemain harus dirias dengan pakaian yang cocok. Dengan kata lain, tata rias dan tata busana merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling mendukung. Akan tetapi, sering juga tugas penata rias dipisahkan dengan tugas mengatur pakaian. Artinya, penata rias hanya khusus merias wajah, sedangakan yang mengatur pakaian/busana penata busana dengan pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat kerja. Meskipun demikian, penata rias dan penata busana harus bekerja sama saling memahami, menyesuaikan, dan saling membantu agar hasil akhirnya memuaskan.








Daftar Pustaka
Subagiyo, Heru. 2010. Tata Rias dan Busana. http://teaterku.Word press.com /2010 /04/12/tata-busana-2/. Diakses tanggal 10 maret 2011.  
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.
WS, Hasanuddin. 2009. Drama karya dalam dua dimensi kajian teori, sejarah dan analisis. Bandung: Angkasa.

OLEH:

       Nama                                                          NIM
Betra Wulandari                                         06091402025
Oktariansyah                                              06091402027
Yessy Aknes                                               06091402014

2 komentar: